Minggu, 24 Februari 2013

~Anugerah Terindah Milik Kita~

Ringkih dan renta karena ditelan usia, namun tampak tegar dan bahagia. Ikhlas, memancarkan selaksa cinta penuh makna yang membias dari guratan keriput di wajah. Tiada yang berubah sejak saat dalam buaian, hingga sekarang mahkota putih tampak anggun menghiasinya. Dekapannya pun tak berubah, luruh memberikan kenyamanan dan kehangatan.
Jemari itu memang tak lagi lentik, namun selalu fasih menyulam kata pinta, membaluri sekujur tubuh dengan do'a-do'a. Kaki tampak payah, tak mampu menopang tubuhnya. Telapak tempat surga itu pun penuh bekas darah bernanah, simbol perjuangan menapak sulitnya kehidupan.

Ibunda...Adakah saat ini kita terenyuh mengenangkannya? Ia adalah sebuah anugerah terindah yang dimiliki setiap manusia. Sejak dalam rahim, betapa cinta itu tak putus-putusnya mengalirkan kasih yang tak bertepi. Hingga kerelaan, keikhlasan dan kesabaran selama 9 bulan pun bagai menuai pahala seorang prajurit yang sedang berpuasa, namun tetap berperang di jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Polesannya adalah warna dasar pada diri kita. Menggores sebuah kanvas putih nan suci, hingga tercipta lukisan Yahudi, Musyrik atau Nasrani. Namun, goresan yang diselimuti untaian ayat suci Al Qur'an, zikir, tasbih serta tahmid, tentu akan melahirkan syakhsiyah Islamiyah (kepribadian Islam) pada jiwa. Ibunda pun berharap tercipta jundullah (tentara Allah) dari sebuah madrasah keluarga.

Selaksa cinta ibunda yang dibaluri tsaqofah Islamiyah (wawasan keislaman) telah menyemai banyak pahlawan Islam. Teladan Asma' binti Abu Bakar Ash-Shidiq melahirkan pahlawan Abdullah bin Zubair, yang dengan cintanya masih berdoa agar dirinya tidak mati sebelum mengurus jenazah anaknya yang disalib Hajaj bin Yusuf, antek Bani Umaiyah. Polesan warna seorang ibunda, Al Khansa, melahirkan putra-putra kebanggaan Islam yang berani dan luhur akhlaqnya, hingga satu persatu syahid pada perang Qodisyiah. Di sela kesedihannya, ibunda masih berucap, "Alhamdulillah... Allah telah mengutamakan dan memberikan karunia padaku dengan kematian anak-anakku sebagai syuhada. Aku berharap semoga Allah mengumpulkan aku dengan mereka dalam rahmat-Nya kelak."

Banyak... sungguh teramat banyak cinta ibunda yang melahirkan kisah-kisah teladan. Yatim seorang anak pun tidaklah menghalangi ibunda untuk merangkai sejarah dengan tinta emas, terbukti dengan mekar harumnya para mujtahid Imam Abu Hanifah, Imam Syafi'i, Imam Ahmad bin Hambal serta Imam Bukhari. Didikan ibunda mereka telah mampu mendidiknya hingga menjadi anak-anak yang gemar menuntut ilmu tanpa kenal lelah, bahkan mandiri dalam kemiskinan.

Kita mungkin dilahirkan dari rahim seorang perempuan biasa. Bahkan kita pun tidak dilahirkan untuk menjadi seorang pahlawan. Namun, ibunda kita dan mereka adalah sama, sebuah anugerah terindah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Saat dewasa, tapak kaki telah kuat menjejak tanah dan tangan pun terkepal ke angkasa, masihkah selalu ingat ibunda? Cita-cita telah tergenggam di tangan, popularitas, kemewahan hingga dunia pun telah takluk menyerah kalah, tunduk karena ketekunan, jerih payah serta kerja keras tiada hentinya. Haruskah sombong dan angkuh hingga kata-kata menyakitkan begitu gampang terlontar?
Duhai jiwa, sekiranya engkau sadar bahwa tanpa do'a ibunda, niscaya semua masih angan-angan belaka.Astaghfirullah... ampuni diri ini ya Allah.

Duhai ibunda...Maafkan jika mata ini pernah sinis memandang, dan lidah yang pernah terucap kata makian hingga membuat luka hatimu. Maafkanlah pula kalau kesibukan menghalangi untaian do'a terhatur untukmu. Ampuni diri ananda yang tak pernah bisa membahagiakanmu, ibunda.

Sungguh, jiwa dan jasad ini ingin terbang ke angkasa lalu luruh di pangkuan, mendekap tubuh sepuh, serta menangis di pangkuanmu. Hingga terhapuskan kerinduan dalam riak anak-anak sungai di ujung mata. Rengkuhlah ananda dengan belai kasih sayangmu bagai masa kecil dulu. Mengenangkan indahnya setiap detik dalam rahimmu dan hangatnya dekapanmu. Buailah dengan do'a-do'a hingga ananda pun lelap tertidur di sampingmu.

Duhai ibunda...Keindahan dunia tak akan tergantikan dengan keindahan dirimu.Sorak-sorai pesona dunia pun tak dapat menggantikan gemuruh haru detak jantung saat engkau memelukku.Indah... semua begitu indah dalam alunan cintamu, menelisik lembut, membasahi lorong hati dan jiwa yang rindu kasih sayangmu.
Duhai ibunda...Bukakanlah pintu ridhomu, hingga Allah pun meridhoiku.
Wallahua'lam bi showab.

Bila Hidup itu Cermin


Bila hidup itu cermin
Maka isyarat apakah yang mampu menyiratkan hidup bahwa kehidupan itu adalah sosok kita
Atau… sesosok kehidupan adalah penampakan dari wujud kita yang telah terpantulkan melalui lembar-lembar perjalanan
Maka,
Bila hidup itu cermin
Seharusnya kita lebih mengerti dan memahami hidup apa dan bagaimana yang telah dan akan dilalui agar mampu menempatkan diri padanya
Bila hidup itu cermin
Seharusnya kita dapat bersentuhan lebih dekat padanya agar kita mengetahui dengan jelas benar segala kekurangan yang terpantul dari cermin itu
Namun, sayang
Kita lebih sering menganggap bahwa hidup itu adalah cermin cembung yang selalu melebih-lebihkan kekurangan dan mengurang-ngurangkan segala kelebihan yang kita miliki
atau sering kita menganggap bahwa hidup itu adalah cermin cekung yang selalu memberikan kekecewaan pada apa yang dipantulkannya
Dan menganggap cermin kehidupan adalah wujud yang lain dari kenyataan
Padahal kalau saja kita mampu merenungkan sejenak peristiwa yang telah dialami, itu adalah cerminan diri kita yang tak sempat kita cermati bahkan luput dari pandangan mata
Cobalah mengerti, andai kita mampu melihat hidup ini seperti cermin datar
yang satiap hari kita berkaca padanya, melihat noda hitam di wajah dengan jelas dan perlahan mulai menutupinya dengan sedikit polesan bedak atau lotion, bukankah itu lebih mudah?
Berapa kali kita bercermin untuk sekedar memperindah penampilan jasad?
Namun,
Ketika itu, sudahkah kita bercermin dengan kehidupan, menutupi kesalahan dengan amal sholeh yang kita lakukan dan menjadikan kelebihan sebagai jalan untuk dekat dengan-Nya seperti yang tiap hari kita lakukan
Sudahkah?
Atau memang kita malu untuk melihat segala kekurangan kita, melalui cermin kehidupan yang ada di depan mata?

Selasa, 12 Februari 2013

"7 AMALAN YANG PAHALANYA TERUS MENGALIR"


AMAL JARIYAH adalah sebutan bagi amalan yang terus mengalir pahalanya, walaupun orang yang melakukan amalan tersebut sudah wafat. Amalan tersebut terus memproduksi pahala yang terus mengalir kepadanya..

Dari Abu Hurairah menerangkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

"Apabila anak Adam (manusia) wafat, maka terputuslah semua (pahala) amal perbuatannya kecuali tiga macam perbuatan, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya." (HR. Muslim)

Selain dari ketiga jenis perbuatan di atas, ada lagi beberapa macam perbuatan yang tergolong dalam amal jariyah..

Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda; "Sesungguhnya diantara amal kebaikan yang mendatangkan pahala setelah orang yang melakukannya wafat ialah ilmu yang disebarluaskannya, anak saleh yang ditinggalkannya, mushaf (kitab-kitab keagamaan) yang diwariskannya, masjid yang dibangunnya, rumah yang dibangunnya untuk penginapan orang yang sedang dalam perjalanan. sungai yang dialirkannya untuk kepentingan orang banyak, dan harta yang disedekahkannya." (HR. Ibnu Majah)

Di dalam hadis ini disebut tujuh macam amal yang tergolong amal jariyah sebagai berikut:

1. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang bermanfaat, baik melalui pendidikan formal maupun nonformal, seperti diskusi, ceramah, dakwah, dan sebagainya. Termasuk dalam kategori ini adalah menulis buku yang berguna dan mempublikasikannya.

2. Mendidik anak menjadi anak yang saleh. Anak yang saleh akan selalu berbuat kebaikan di dunia. Menurut keterangan hadis ini, kebaikan yang dipeibuat oleh anak saleh pahalanya sampai kepada orang tua yang mendidiknya yang telah wafat tanpa mengurangi nilai/pahala yang diterima oleh anak tadi.

3. Mewariskan mushaf (buku agama) kepada orang-orang yang dapat memanfaatkannya untuk kebaikan diri dan masyarakatnya.

4. Membangun masjid. Hal ini sejalan dengan sabda Nabi SAW, "Barangsiapa yang membangun sebuah masjid karena Allah walau sekecil apa pun, maka Allah akan membangun untuknya sebuah rumah di surga." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Orang yang membangun masjid tersebut akan menerima pahala seperti pahala orang yang beribadah di masjid itu.

5. Membangun rumah atau pondokan bagi orang-orang yang bepergian untuk kebaikan. Setiap orang yang memanfaatkannya, baik untuk istirahat sebentar maupun untuk bermalam dan kegunaan lain yang bukan untuk maksiat, akan mengalirkan pahala kepada orang yang membangunnya.

6. Mengalirkan air secara baik dan bersih ke tampat-tempat orang yang membutuhkannya atau menggali sumur di tempat yang sering dilalui atau didiami orang banyak. Setelah orang yang mengalirkan air itu wafat dan air itu tetap mengalir serta terpelihara dari kecemaran dan dimanfaatkan orang yang hidup maka ia mendapat pahala yang terus mengalir.

Semakin banyak orang yang memanfaatkannya semakin banyak ia menerima pahala di akhirat.

Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa membangun sebuah sumur lalu diminum oleh makhluk atau burung yang kehausan, maka Allah akan memberinya pahala kelak di hari kiamat." (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Majah)

7. Menyedekahkan sebagian harta. Sedekah yang diberikan secara ikhlas akan mendatangkan pahala yang berlipat ganda..

Selasa, 05 Februari 2013

~Jauh di Mata Dekat di Hati~


Dalam syair asmara itu aku terpikir akan-MU bukan yang lain. Persis seperti syair pembukanya yang kutunjukkan pada-MU, kala Melly dan Arie Lasso berduet bertahun-tahun yang lalu,

Jika teringat tentang diKAU, jauh di mata dekat di hati…

Benar saja kala kurenungi lagi akan janji indah-MU yang tiada pernah hilang pada kami. Walau KAU jauh dari pandangan kasat, namun KAU selalu berada di hati. Lalu kubuka lagi hadits No.98 dari Kitab Riyadush shalihin,
“Jikalau seseorang hamba itu mendekat padaKU sejengkal, maka AKU mendekat padanya sehasta dan jikalau ia mendekat padaKU sehasta, maka AKU mendekat padanya sedepa. Jikalau hamba itu mendatangi AKU dengan berjalan, maka AKU mendatanginya dengan bergegas-gegas.”

Aku semakin malu, sudah sedekat apa aku pada-MU? Aku kadang tertunduk kala KAU bergegas kala kami berjalan santai menuju rumah-MU.
Semakin ku malu, aku buka lagi lembaran sirah Nabi-MU, hingga kudapati sepenggal kisah monumental akan ketundukan yang absolut dari Rasul-MU yang mulia,

Saat itu Rasulullah saw dan Abu Bakar mendengar langkah-langkah kaki kaum musyrik di sekitar gua, sehingga Abu Bakar merasa khawatir dan berbisik kepada Rasulullah saw, “Seandainya di antara mereka ada yang melihat ke arah kakinya, niscaya mereka akan melihat kami.“ Tetapi dijawab oleh Nabi SAW, “Wahai Abu Bakar, jangan kamu kira kita hanya berdua saja. Sesungguhnya ALLAH beserta kita.“

Aku semakin bersalah akan cinta pada-MU yang kadang pudar atau mungkin kadang hilang.
Rabb, sang penguasa alam, kalau aku boleh menyatakan satu hal pada-MU lewat syair dunia yang aku tujukan pada-MU, seperti ST12 itu. Ingin kuikrarkan syair lagu mereka hanya untuk-MU,
‘Karena aku pada-MU.’

 

Anak Kelaparan

Ada seorang teman bercerita:
“Suatu pagi anak-anak saya kebingungan, karena kelaparan, yang satu merengek-rengek meminta dibelikan roti kesukaannya, yang satu sibuk mencari-cari di plastik-plastik mungkin saja ada sisa-sisa makanan tadi malam.
Melihat fonemena ini saya langsung mengambil baju dan bergegas pergi ke warung terdekat untuk membelikan beberapa makanan ringan agar anak-anak saya tidak kelaparan.
Di dalam perjalanan ke warung dan pulang kembali ke rumah, saya berfikir beberapa hal; Alhamdulillah Allah Ta’ala telah menjamin rezeki seluruh anak dan orang tuanya bahkan seluruh makhluk, maka jangan takut… tetapi tetaplah berusaha yang halal.”
****
Perhatikan dua ayat yang mulia ini:
{وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ مِنْ إِمْلَاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ } [الأنعام: 151]
Artinya: “Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka.” (QS. Al An’am: 151).
Tidak boleh membunuh anak-anak baik karena kemiskinan yang benar-benar ada, karena firman Allah : “Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka.” Dalam ayat di atas menunjukkan bahwa Allah mendahulukan pemberian rezeki kepada orang tua, karena kemiskinan sudah benar-benar terjadi!
Tetapi jika baru ditakutkan miskin, coba perhatikan ayatnya;
{وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ إِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئًا كَبِيرًا } [الإسراء: 31]
Artinya: “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami lah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.” (QS. Al Isra: 31).
Tidak boleh membunuh anak-anak baik karena kemiskinan yang baru diperakirakan dan ditakutkan. Dalam ayat di atas menunjukkan bahwa Allah mendahulukan penjaminan rezeki kepada anak-anak, karena kemiskinan baru ditakutkan, belum terjadi!
Semuanya ini karena Allah telah menjamin rezeki baik orang tua atau anaknya, baik ketika baru ditakutkan miskin atau sudah terjadi kemiskinan!!! Subhanallah…
Berkata Ibnu Katsir rahimahullah:
“Firman-Nya: “Karena kemiskinan”, Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Qatadah dan As Suddy berkata: “Imlaq artinya adalah kefakiran” maksudnya yaitu: janganlah kalian membunuh mereka karena kefakiran kalian yang terjadi, dan Allah berfirman di dalam surat Al Isra’: “Janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena takut miskin”, maksudnya adalah takut terjadi kefakiran di waktu yang akan datang, oleh sebab inilah disana (di dalam surat Al Isra’: 31) Allah berfirman: “Kami yang akan memberikan rezeki mereka dan kalian”, Allah memulai dengan penjaminan rezeki mereka untuk perhatian mereka, maksudnya adalah janganlah kalian takut kalian miskin gara-gara mereka, karena rezeki mereka di jamin Allah. Adapun di dalam ayat ini, ketika sudah terjadi kefakiran, Allah berfirman: “Kami memberikan rezeki kepada kalian dan mereka, karena pada saat ini mereka (orangtua) lebih penting.” Lihat kitab tafsir Ibnu Katsir.
Saudaraku seiman…
Tulisan singkat ini saya tujukan kepada:
1. Kepada orangtua yang membunuh, menelantarkan anaknya gara-gara takut anaknya menyusahkan dan menyulitkan hidupnya.
2. Kepada pasangan suami istri yang takut mempunyai anak gara-gara takut tidak bisa memberikan rezeki yang cukup kepada anaknya.
3. Kepada orang yang diluaskan rezekinya, jangan lupa disekitar Anda mungkin ada orangtua yang ketika anak-anak membutuhkan makanan karena kelaparan, tidak ada yang dapat dibeli oleh orangtua tersebut.
Sungguh Allah telah menyatakan hak orang-orang miskin ada pada Anda, wahai orang yang diluaskan rezekinya.
{وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ} [الذاريات: 19]
Artinya: “Dan pada harta-harta mereka (yaitu orang-orang kaya) ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian.” (QS. Adz Dzariyat: 19).
Sungguh cerita yang penuh dengan pelajaran dari seorang teman.

♥ Bersahabat Hingga ke syurga_NYA ♥

Abu Sulaiman Darami berkata, " jangan sekali-kali engkau bersahabat kecuali salah satu dari dua macam ini :

♥ Pertama, orang yang dapat engkau ajak bersahabat dalam urusan duniamu dengan jujur.

♥ kedua, orang yang karena bersahabat dengannya engkau memperoleh manfaat untuk urusan akhiratmu.

Sahabatku,

Islam sangat menjunjung tinggi persahabatan sebagaiman sabda Rasulullah Alaihi Wa Sallam : " Tidak beriman seorang dari kamu, sehingga ia mencintai saudaranya sebagaiman ia mencintai dirinya sendiri " ( HR. Bukhari Muslim )

Sungguh, sebaik-baik persaudaraan, kebersamaan dan persahabatan adalah di jalan Allah yang akan mengantarkan kita kepada kebahagiaan di akhirat. pertemanan atau persahabatan atas dasar iman dan taqwalah yang abadi.

" Teman-teman akrab pada hari itu sebagian menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang bertaqwa " ( QS> Az-Zukhruf: 67 )

sahabat, coba kita bertanya pada diri sendiri :

~. Siapa orang yang kita cintai ?

~. Siapa pula orang yang dekat dengan kita dan menemani langkah hidup kita ?

~. Siapa orang yang paling sering menghiasi ingatan kita ?

Begitu indahnya.. apabila persahabatan bisa mengantarkan kita kepada ketaqwaan dan mendatangkan ridha ALLAH. di kala bersama saling berbagi dalam kebaikan, di kala tiada saling mendo'akan demi kebaikan bersama. semoga jalinan persahabatan di antara kita akan membawa kebahagiaan hakiki yang akan mengantarkan kita hingga ke jannah_NYA. Aamiin...

SAAT KEPERGIAN

jika engkau bisa Tersenyum ketika saat bersamanya engkaupun juga harus tetap bisa Tersenyum meski tak bersamanya lagi

Jika engkau bahagia saat bersamanya engkaupun harus tetap bisa bahagia tanpa dirinya

Jika engkau selera makan saat bersamanya engkaupun juga harus tetap selera makan tanpa hadirnya

Jika engkau slalu bersemangat menjalani masalah saat bersamanya engkaupun harus tetap bersemangat meski dia tak lagi ada

Jika engkau tegar saat ada dia engkaupun harus tetap tegar walaupun dia hanya tinggal nama

Jika engkau bilang senyummu hilang karna kepergiannya ...
APAKAH engkau tak pernah tersenyum sebelum bertemu dia...?

Jika engkau bilang bahagiamu hanya dengannya ...
APAKAH engkau tak pernah bahagia sebelum kehadirannya...?

Jika engkau bilang tak selera makan karna dia tak lagi ada
APAKAH engkau tak pernah selera makan sebelum bersamanya...?

Jika engkau bilang engkau TAK BISA HIDUP TANPA DIA
APAKAH engkau tidak hidup SEBELUM bertemu dengannya...?

Jika dia pergi janganlah kepergiannya menjadi penghalang untukmu melanjutkan kehidupanmu
TAPI
Jadikanlah kepergiannya sesuatu semangat untuk memperbaiki diri
serta mawas diri atas kesalahan yang pernah kita perbuat agar tak terulangi dengan yang sedang menanti kehadiran kita

Pasrahkanlah jiwa ragamu kepada Allah .Biarlah Allah yang memberi jawaban atas segala peristiwa yang ada KARNA dia yang tak akan pernah pergi saat tiada insanpun yang menemanimu

Yakinlah setelah kepergiannya Allah akan mengantikan dengan sesuatu kebahagiaan yang lebih dari sebelumnya

Aamiin