Minggu, 24 Februari 2013

~Anugerah Terindah Milik Kita~

Ringkih dan renta karena ditelan usia, namun tampak tegar dan bahagia. Ikhlas, memancarkan selaksa cinta penuh makna yang membias dari guratan keriput di wajah. Tiada yang berubah sejak saat dalam buaian, hingga sekarang mahkota putih tampak anggun menghiasinya. Dekapannya pun tak berubah, luruh memberikan kenyamanan dan kehangatan.
Jemari itu memang tak lagi lentik, namun selalu fasih menyulam kata pinta, membaluri sekujur tubuh dengan do'a-do'a. Kaki tampak payah, tak mampu menopang tubuhnya. Telapak tempat surga itu pun penuh bekas darah bernanah, simbol perjuangan menapak sulitnya kehidupan.

Ibunda...Adakah saat ini kita terenyuh mengenangkannya? Ia adalah sebuah anugerah terindah yang dimiliki setiap manusia. Sejak dalam rahim, betapa cinta itu tak putus-putusnya mengalirkan kasih yang tak bertepi. Hingga kerelaan, keikhlasan dan kesabaran selama 9 bulan pun bagai menuai pahala seorang prajurit yang sedang berpuasa, namun tetap berperang di jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Polesannya adalah warna dasar pada diri kita. Menggores sebuah kanvas putih nan suci, hingga tercipta lukisan Yahudi, Musyrik atau Nasrani. Namun, goresan yang diselimuti untaian ayat suci Al Qur'an, zikir, tasbih serta tahmid, tentu akan melahirkan syakhsiyah Islamiyah (kepribadian Islam) pada jiwa. Ibunda pun berharap tercipta jundullah (tentara Allah) dari sebuah madrasah keluarga.

Selaksa cinta ibunda yang dibaluri tsaqofah Islamiyah (wawasan keislaman) telah menyemai banyak pahlawan Islam. Teladan Asma' binti Abu Bakar Ash-Shidiq melahirkan pahlawan Abdullah bin Zubair, yang dengan cintanya masih berdoa agar dirinya tidak mati sebelum mengurus jenazah anaknya yang disalib Hajaj bin Yusuf, antek Bani Umaiyah. Polesan warna seorang ibunda, Al Khansa, melahirkan putra-putra kebanggaan Islam yang berani dan luhur akhlaqnya, hingga satu persatu syahid pada perang Qodisyiah. Di sela kesedihannya, ibunda masih berucap, "Alhamdulillah... Allah telah mengutamakan dan memberikan karunia padaku dengan kematian anak-anakku sebagai syuhada. Aku berharap semoga Allah mengumpulkan aku dengan mereka dalam rahmat-Nya kelak."

Banyak... sungguh teramat banyak cinta ibunda yang melahirkan kisah-kisah teladan. Yatim seorang anak pun tidaklah menghalangi ibunda untuk merangkai sejarah dengan tinta emas, terbukti dengan mekar harumnya para mujtahid Imam Abu Hanifah, Imam Syafi'i, Imam Ahmad bin Hambal serta Imam Bukhari. Didikan ibunda mereka telah mampu mendidiknya hingga menjadi anak-anak yang gemar menuntut ilmu tanpa kenal lelah, bahkan mandiri dalam kemiskinan.

Kita mungkin dilahirkan dari rahim seorang perempuan biasa. Bahkan kita pun tidak dilahirkan untuk menjadi seorang pahlawan. Namun, ibunda kita dan mereka adalah sama, sebuah anugerah terindah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Saat dewasa, tapak kaki telah kuat menjejak tanah dan tangan pun terkepal ke angkasa, masihkah selalu ingat ibunda? Cita-cita telah tergenggam di tangan, popularitas, kemewahan hingga dunia pun telah takluk menyerah kalah, tunduk karena ketekunan, jerih payah serta kerja keras tiada hentinya. Haruskah sombong dan angkuh hingga kata-kata menyakitkan begitu gampang terlontar?
Duhai jiwa, sekiranya engkau sadar bahwa tanpa do'a ibunda, niscaya semua masih angan-angan belaka.Astaghfirullah... ampuni diri ini ya Allah.

Duhai ibunda...Maafkan jika mata ini pernah sinis memandang, dan lidah yang pernah terucap kata makian hingga membuat luka hatimu. Maafkanlah pula kalau kesibukan menghalangi untaian do'a terhatur untukmu. Ampuni diri ananda yang tak pernah bisa membahagiakanmu, ibunda.

Sungguh, jiwa dan jasad ini ingin terbang ke angkasa lalu luruh di pangkuan, mendekap tubuh sepuh, serta menangis di pangkuanmu. Hingga terhapuskan kerinduan dalam riak anak-anak sungai di ujung mata. Rengkuhlah ananda dengan belai kasih sayangmu bagai masa kecil dulu. Mengenangkan indahnya setiap detik dalam rahimmu dan hangatnya dekapanmu. Buailah dengan do'a-do'a hingga ananda pun lelap tertidur di sampingmu.

Duhai ibunda...Keindahan dunia tak akan tergantikan dengan keindahan dirimu.Sorak-sorai pesona dunia pun tak dapat menggantikan gemuruh haru detak jantung saat engkau memelukku.Indah... semua begitu indah dalam alunan cintamu, menelisik lembut, membasahi lorong hati dan jiwa yang rindu kasih sayangmu.
Duhai ibunda...Bukakanlah pintu ridhomu, hingga Allah pun meridhoiku.
Wallahua'lam bi showab.

Bila Hidup itu Cermin


Bila hidup itu cermin
Maka isyarat apakah yang mampu menyiratkan hidup bahwa kehidupan itu adalah sosok kita
Atau… sesosok kehidupan adalah penampakan dari wujud kita yang telah terpantulkan melalui lembar-lembar perjalanan
Maka,
Bila hidup itu cermin
Seharusnya kita lebih mengerti dan memahami hidup apa dan bagaimana yang telah dan akan dilalui agar mampu menempatkan diri padanya
Bila hidup itu cermin
Seharusnya kita dapat bersentuhan lebih dekat padanya agar kita mengetahui dengan jelas benar segala kekurangan yang terpantul dari cermin itu
Namun, sayang
Kita lebih sering menganggap bahwa hidup itu adalah cermin cembung yang selalu melebih-lebihkan kekurangan dan mengurang-ngurangkan segala kelebihan yang kita miliki
atau sering kita menganggap bahwa hidup itu adalah cermin cekung yang selalu memberikan kekecewaan pada apa yang dipantulkannya
Dan menganggap cermin kehidupan adalah wujud yang lain dari kenyataan
Padahal kalau saja kita mampu merenungkan sejenak peristiwa yang telah dialami, itu adalah cerminan diri kita yang tak sempat kita cermati bahkan luput dari pandangan mata
Cobalah mengerti, andai kita mampu melihat hidup ini seperti cermin datar
yang satiap hari kita berkaca padanya, melihat noda hitam di wajah dengan jelas dan perlahan mulai menutupinya dengan sedikit polesan bedak atau lotion, bukankah itu lebih mudah?
Berapa kali kita bercermin untuk sekedar memperindah penampilan jasad?
Namun,
Ketika itu, sudahkah kita bercermin dengan kehidupan, menutupi kesalahan dengan amal sholeh yang kita lakukan dan menjadikan kelebihan sebagai jalan untuk dekat dengan-Nya seperti yang tiap hari kita lakukan
Sudahkah?
Atau memang kita malu untuk melihat segala kekurangan kita, melalui cermin kehidupan yang ada di depan mata?

Selasa, 12 Februari 2013

"7 AMALAN YANG PAHALANYA TERUS MENGALIR"


AMAL JARIYAH adalah sebutan bagi amalan yang terus mengalir pahalanya, walaupun orang yang melakukan amalan tersebut sudah wafat. Amalan tersebut terus memproduksi pahala yang terus mengalir kepadanya..

Dari Abu Hurairah menerangkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

"Apabila anak Adam (manusia) wafat, maka terputuslah semua (pahala) amal perbuatannya kecuali tiga macam perbuatan, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya." (HR. Muslim)

Selain dari ketiga jenis perbuatan di atas, ada lagi beberapa macam perbuatan yang tergolong dalam amal jariyah..

Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda; "Sesungguhnya diantara amal kebaikan yang mendatangkan pahala setelah orang yang melakukannya wafat ialah ilmu yang disebarluaskannya, anak saleh yang ditinggalkannya, mushaf (kitab-kitab keagamaan) yang diwariskannya, masjid yang dibangunnya, rumah yang dibangunnya untuk penginapan orang yang sedang dalam perjalanan. sungai yang dialirkannya untuk kepentingan orang banyak, dan harta yang disedekahkannya." (HR. Ibnu Majah)

Di dalam hadis ini disebut tujuh macam amal yang tergolong amal jariyah sebagai berikut:

1. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang bermanfaat, baik melalui pendidikan formal maupun nonformal, seperti diskusi, ceramah, dakwah, dan sebagainya. Termasuk dalam kategori ini adalah menulis buku yang berguna dan mempublikasikannya.

2. Mendidik anak menjadi anak yang saleh. Anak yang saleh akan selalu berbuat kebaikan di dunia. Menurut keterangan hadis ini, kebaikan yang dipeibuat oleh anak saleh pahalanya sampai kepada orang tua yang mendidiknya yang telah wafat tanpa mengurangi nilai/pahala yang diterima oleh anak tadi.

3. Mewariskan mushaf (buku agama) kepada orang-orang yang dapat memanfaatkannya untuk kebaikan diri dan masyarakatnya.

4. Membangun masjid. Hal ini sejalan dengan sabda Nabi SAW, "Barangsiapa yang membangun sebuah masjid karena Allah walau sekecil apa pun, maka Allah akan membangun untuknya sebuah rumah di surga." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Orang yang membangun masjid tersebut akan menerima pahala seperti pahala orang yang beribadah di masjid itu.

5. Membangun rumah atau pondokan bagi orang-orang yang bepergian untuk kebaikan. Setiap orang yang memanfaatkannya, baik untuk istirahat sebentar maupun untuk bermalam dan kegunaan lain yang bukan untuk maksiat, akan mengalirkan pahala kepada orang yang membangunnya.

6. Mengalirkan air secara baik dan bersih ke tampat-tempat orang yang membutuhkannya atau menggali sumur di tempat yang sering dilalui atau didiami orang banyak. Setelah orang yang mengalirkan air itu wafat dan air itu tetap mengalir serta terpelihara dari kecemaran dan dimanfaatkan orang yang hidup maka ia mendapat pahala yang terus mengalir.

Semakin banyak orang yang memanfaatkannya semakin banyak ia menerima pahala di akhirat.

Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa membangun sebuah sumur lalu diminum oleh makhluk atau burung yang kehausan, maka Allah akan memberinya pahala kelak di hari kiamat." (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Majah)

7. Menyedekahkan sebagian harta. Sedekah yang diberikan secara ikhlas akan mendatangkan pahala yang berlipat ganda..

Selasa, 05 Februari 2013

~Jauh di Mata Dekat di Hati~


Dalam syair asmara itu aku terpikir akan-MU bukan yang lain. Persis seperti syair pembukanya yang kutunjukkan pada-MU, kala Melly dan Arie Lasso berduet bertahun-tahun yang lalu,

Jika teringat tentang diKAU, jauh di mata dekat di hati…

Benar saja kala kurenungi lagi akan janji indah-MU yang tiada pernah hilang pada kami. Walau KAU jauh dari pandangan kasat, namun KAU selalu berada di hati. Lalu kubuka lagi hadits No.98 dari Kitab Riyadush shalihin,
“Jikalau seseorang hamba itu mendekat padaKU sejengkal, maka AKU mendekat padanya sehasta dan jikalau ia mendekat padaKU sehasta, maka AKU mendekat padanya sedepa. Jikalau hamba itu mendatangi AKU dengan berjalan, maka AKU mendatanginya dengan bergegas-gegas.”

Aku semakin malu, sudah sedekat apa aku pada-MU? Aku kadang tertunduk kala KAU bergegas kala kami berjalan santai menuju rumah-MU.
Semakin ku malu, aku buka lagi lembaran sirah Nabi-MU, hingga kudapati sepenggal kisah monumental akan ketundukan yang absolut dari Rasul-MU yang mulia,

Saat itu Rasulullah saw dan Abu Bakar mendengar langkah-langkah kaki kaum musyrik di sekitar gua, sehingga Abu Bakar merasa khawatir dan berbisik kepada Rasulullah saw, “Seandainya di antara mereka ada yang melihat ke arah kakinya, niscaya mereka akan melihat kami.“ Tetapi dijawab oleh Nabi SAW, “Wahai Abu Bakar, jangan kamu kira kita hanya berdua saja. Sesungguhnya ALLAH beserta kita.“

Aku semakin bersalah akan cinta pada-MU yang kadang pudar atau mungkin kadang hilang.
Rabb, sang penguasa alam, kalau aku boleh menyatakan satu hal pada-MU lewat syair dunia yang aku tujukan pada-MU, seperti ST12 itu. Ingin kuikrarkan syair lagu mereka hanya untuk-MU,
‘Karena aku pada-MU.’

 

Anak Kelaparan

Ada seorang teman bercerita:
“Suatu pagi anak-anak saya kebingungan, karena kelaparan, yang satu merengek-rengek meminta dibelikan roti kesukaannya, yang satu sibuk mencari-cari di plastik-plastik mungkin saja ada sisa-sisa makanan tadi malam.
Melihat fonemena ini saya langsung mengambil baju dan bergegas pergi ke warung terdekat untuk membelikan beberapa makanan ringan agar anak-anak saya tidak kelaparan.
Di dalam perjalanan ke warung dan pulang kembali ke rumah, saya berfikir beberapa hal; Alhamdulillah Allah Ta’ala telah menjamin rezeki seluruh anak dan orang tuanya bahkan seluruh makhluk, maka jangan takut… tetapi tetaplah berusaha yang halal.”
****
Perhatikan dua ayat yang mulia ini:
{وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ مِنْ إِمْلَاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ } [الأنعام: 151]
Artinya: “Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka.” (QS. Al An’am: 151).
Tidak boleh membunuh anak-anak baik karena kemiskinan yang benar-benar ada, karena firman Allah : “Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka.” Dalam ayat di atas menunjukkan bahwa Allah mendahulukan pemberian rezeki kepada orang tua, karena kemiskinan sudah benar-benar terjadi!
Tetapi jika baru ditakutkan miskin, coba perhatikan ayatnya;
{وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ إِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئًا كَبِيرًا } [الإسراء: 31]
Artinya: “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami lah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.” (QS. Al Isra: 31).
Tidak boleh membunuh anak-anak baik karena kemiskinan yang baru diperakirakan dan ditakutkan. Dalam ayat di atas menunjukkan bahwa Allah mendahulukan penjaminan rezeki kepada anak-anak, karena kemiskinan baru ditakutkan, belum terjadi!
Semuanya ini karena Allah telah menjamin rezeki baik orang tua atau anaknya, baik ketika baru ditakutkan miskin atau sudah terjadi kemiskinan!!! Subhanallah…
Berkata Ibnu Katsir rahimahullah:
“Firman-Nya: “Karena kemiskinan”, Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Qatadah dan As Suddy berkata: “Imlaq artinya adalah kefakiran” maksudnya yaitu: janganlah kalian membunuh mereka karena kefakiran kalian yang terjadi, dan Allah berfirman di dalam surat Al Isra’: “Janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena takut miskin”, maksudnya adalah takut terjadi kefakiran di waktu yang akan datang, oleh sebab inilah disana (di dalam surat Al Isra’: 31) Allah berfirman: “Kami yang akan memberikan rezeki mereka dan kalian”, Allah memulai dengan penjaminan rezeki mereka untuk perhatian mereka, maksudnya adalah janganlah kalian takut kalian miskin gara-gara mereka, karena rezeki mereka di jamin Allah. Adapun di dalam ayat ini, ketika sudah terjadi kefakiran, Allah berfirman: “Kami memberikan rezeki kepada kalian dan mereka, karena pada saat ini mereka (orangtua) lebih penting.” Lihat kitab tafsir Ibnu Katsir.
Saudaraku seiman…
Tulisan singkat ini saya tujukan kepada:
1. Kepada orangtua yang membunuh, menelantarkan anaknya gara-gara takut anaknya menyusahkan dan menyulitkan hidupnya.
2. Kepada pasangan suami istri yang takut mempunyai anak gara-gara takut tidak bisa memberikan rezeki yang cukup kepada anaknya.
3. Kepada orang yang diluaskan rezekinya, jangan lupa disekitar Anda mungkin ada orangtua yang ketika anak-anak membutuhkan makanan karena kelaparan, tidak ada yang dapat dibeli oleh orangtua tersebut.
Sungguh Allah telah menyatakan hak orang-orang miskin ada pada Anda, wahai orang yang diluaskan rezekinya.
{وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ} [الذاريات: 19]
Artinya: “Dan pada harta-harta mereka (yaitu orang-orang kaya) ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian.” (QS. Adz Dzariyat: 19).
Sungguh cerita yang penuh dengan pelajaran dari seorang teman.

♥ Bersahabat Hingga ke syurga_NYA ♥

Abu Sulaiman Darami berkata, " jangan sekali-kali engkau bersahabat kecuali salah satu dari dua macam ini :

♥ Pertama, orang yang dapat engkau ajak bersahabat dalam urusan duniamu dengan jujur.

♥ kedua, orang yang karena bersahabat dengannya engkau memperoleh manfaat untuk urusan akhiratmu.

Sahabatku,

Islam sangat menjunjung tinggi persahabatan sebagaiman sabda Rasulullah Alaihi Wa Sallam : " Tidak beriman seorang dari kamu, sehingga ia mencintai saudaranya sebagaiman ia mencintai dirinya sendiri " ( HR. Bukhari Muslim )

Sungguh, sebaik-baik persaudaraan, kebersamaan dan persahabatan adalah di jalan Allah yang akan mengantarkan kita kepada kebahagiaan di akhirat. pertemanan atau persahabatan atas dasar iman dan taqwalah yang abadi.

" Teman-teman akrab pada hari itu sebagian menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang bertaqwa " ( QS> Az-Zukhruf: 67 )

sahabat, coba kita bertanya pada diri sendiri :

~. Siapa orang yang kita cintai ?

~. Siapa pula orang yang dekat dengan kita dan menemani langkah hidup kita ?

~. Siapa orang yang paling sering menghiasi ingatan kita ?

Begitu indahnya.. apabila persahabatan bisa mengantarkan kita kepada ketaqwaan dan mendatangkan ridha ALLAH. di kala bersama saling berbagi dalam kebaikan, di kala tiada saling mendo'akan demi kebaikan bersama. semoga jalinan persahabatan di antara kita akan membawa kebahagiaan hakiki yang akan mengantarkan kita hingga ke jannah_NYA. Aamiin...

SAAT KEPERGIAN

jika engkau bisa Tersenyum ketika saat bersamanya engkaupun juga harus tetap bisa Tersenyum meski tak bersamanya lagi

Jika engkau bahagia saat bersamanya engkaupun harus tetap bisa bahagia tanpa dirinya

Jika engkau selera makan saat bersamanya engkaupun juga harus tetap selera makan tanpa hadirnya

Jika engkau slalu bersemangat menjalani masalah saat bersamanya engkaupun harus tetap bersemangat meski dia tak lagi ada

Jika engkau tegar saat ada dia engkaupun harus tetap tegar walaupun dia hanya tinggal nama

Jika engkau bilang senyummu hilang karna kepergiannya ...
APAKAH engkau tak pernah tersenyum sebelum bertemu dia...?

Jika engkau bilang bahagiamu hanya dengannya ...
APAKAH engkau tak pernah bahagia sebelum kehadirannya...?

Jika engkau bilang tak selera makan karna dia tak lagi ada
APAKAH engkau tak pernah selera makan sebelum bersamanya...?

Jika engkau bilang engkau TAK BISA HIDUP TANPA DIA
APAKAH engkau tidak hidup SEBELUM bertemu dengannya...?

Jika dia pergi janganlah kepergiannya menjadi penghalang untukmu melanjutkan kehidupanmu
TAPI
Jadikanlah kepergiannya sesuatu semangat untuk memperbaiki diri
serta mawas diri atas kesalahan yang pernah kita perbuat agar tak terulangi dengan yang sedang menanti kehadiran kita

Pasrahkanlah jiwa ragamu kepada Allah .Biarlah Allah yang memberi jawaban atas segala peristiwa yang ada KARNA dia yang tak akan pernah pergi saat tiada insanpun yang menemanimu

Yakinlah setelah kepergiannya Allah akan mengantikan dengan sesuatu kebahagiaan yang lebih dari sebelumnya

Aamiin

Rabu, 23 Januari 2013

Valentine's Day

Setiap tanggal 14 Februari ada hiruk-pikuk remaja dunia. Mereka punya hajat besar dengan merayakan sebuah hari yang dikenal dengan Valentine's Day (hari Valentine). Hiruk-pikuk itu kini membudaya. Tak peduli itu di kalangan Kristen Barat, Hindu India, ataupun Muslim Indonesia.

Ada pertanyaan yang patut kita kemukakan. Apa sebenarnya Valentine's Day itu? Apakah esensinya? Dan, bolehkan remaja Muslim ikut berkecimpung merayakannya? Apakah perayaan itu bagian dari kultur dan peradaban Islam sehingga kita harus ikut menyemarakkannya?

Background Historis Valentine's Day

Ada berbagai versi tentang asal muasal Valentin's Day ini. Beberapa ahli mengatakan bahwa ia berasal dari seorang yang bernama Saint (Santo) Valentine, seorang yang dianggap suci oleh kalangan Kristen, yang menjadi martir karena menolak untuk meninggalkan agama Kristiani. Dia meninggal pada tanggal 14 Februari 269 M., pada hari yang sama saat dia mengungkapkan ucapan cinta. Dalam legenda yang lain disebutkan bahwa Saint Valentine meninggalkan satu catatan selamat tinggal kepada seorang gadis anak sipir penjara yang menjadi temannya. Dalam catatan itu dia menuliskan tanda tangan yang berbunyi From Your Valentine. Ada pula yang menyebutkan bahwa bunyi pesan akhir itu adalah Love From Your Valentine.

Cerita lain menyebutkan bahwa Valentine mengabdikan dirinya sebagai pendeta pada masa pemerintahan Kaisar Claudius. Claudius kemudian memenjarakannya karena dia menentang Kaisar. Penentangan ini bermula pada saat Kaisar berambisi untuk membentuk tentara dalam jumlah yang besar. Dia berharap kaum lelaki untuk secara suka rela bergabung menjadi tentara. Namun, banyak yang tidak mau untuk terjun ke medan perang. Mereka tidak mau meninggalkan sanak familinya. Peristiwa ini membuat kaisar naik pitam. Lalu apa yang terjadi? Dia kemudian menggagas ide "gila". Dia berpikiran bahwa jika laki-laki tidak kawin, mereka akan bergabung menjadi tentara. Makanya, dia memutuskan untuk tidak mengizinkan laki-laki kawin.

Kalangan remaja menganggap bahwa ini adalah hukum biadab. Valentine juga tidak mendukung ide gila ini. Sebagai seorang pendeta, dia bertugas menikahkan lelaki dan perempuan. Bahkan, setelah pemberlakuan hukum oleh kaisar, dia tetap melakukan tugasnya ini dengan cara rahasia dan ini sungguh sangat mengasyikkan. Bayangkan, dalam sebuah kamar hanya ada sinar lilin dan ada pengantin putra dan putri serta Valentine sendiri. Peristiwa perkawinan diam-diam inilah yang menyeret dirinya ke dalam penjara dan akhirnya dijatuhi hukuman mati.

Walaupun demikian, dia selalu bersikap ceria sehingga membuat beberapa orang datang menemuinya di dalam penjara. Mereka menaburkan bunga dan catatan-catatan kecil di jendela penjara. Mereka ingin dia tahu bahwa mereka juga percaya tentang cinta dirinya. Salah satu pengunjung tersebut adalah seorang gadis anak sipir penjara. Dia mengobrol dengannya berjam-jam. Di saat menjelang kematiannya dia menuliskan catatan kecil: Love from your Valentine. Dan pada tahun 496 Paus Gelasius menyeting 14 Februari sebagai tanggal penghormatan untuk Saint Valentine. Akhirnya secara gradual 14 Februari menjadi tanggal saling menukar pesan kasih, dan Saint Valentine menjadi patron dari para penabur kasih. Tanggal ini ditandai dengan saling mengirim puisi dan hadiah, seperti bunga dan gula-gula. Bahkan, sering pula ditandai dengan adanya kumpul-kumpul atau pesta dansa.

Dari paparan di atas kita tahu bahwa kisah cinta Valentine ini merupakan kisah cinta milik kalangan Kristen dan sama sekali tidak memiliki benang merah budaya dan peradaban dengan Islam. Namun, mengapa remaja-remaja Muslim ikut larut dan merayakannya? Ada beberapa jawaban yang bisa kita berikan terhadap pertanyaan tersebut. Pertama, kalangan remaja Muslim tidak tahu latar belakang sejarah Valentine's Day, sehingga mereka tidak merasa risih untuk mengikutinya. Dengan kata lain, remaja Muslim banyak yang memiliki kesadaran sejarah yang rendah. Kedua, adanya anggapan bahwa Valentine's Day sama sekali tidak memiliki muatan agama dan hanya bersifat budaya global yang mau tidak mau harus diserap oleh siapa saja. Ketiga, keroposnya benteng pertahanan relijius remaja Muslim sehingga tidak mampu lagi menyaring budaya dan peradaban yang seharusnya mereka "lawan" dengan keras. Keempat, adanya perasaan loss of identity kalangan remaja Muslim sehingga mereka mencari identitas lain sebagai pemuas keinginan mendapat identitas global. Kelima, hanya mengikuti tren yang sedang berkembang agar tidak disebut ketinggalan zaman. Keenam, adanya pergaulan bebas yang kian tak terbendung dan terjadinya de-sakralisasi seks yang semakin ganas. Mungkin masih ada deretan jawaban lain yang bisa diberikan terhadapa pertanyaan di atas.

Islam, Valentine's Day, dan Cinta

Bisa kita lihat pada bahasan di atas bahwa Valentine's Day merupakan peringatan "cinta kasih" yang diformalkan untuk mengenang sebuah peristiwa kematian seorang pendeta yang mati dalam sebuah penjara. Yang kemudian diabadikan oleh gereja lewat tangan Paus Gelasius. Maka, merupakan sebuah kurang cerdas jika kaum Muslim dan secara khusus kalangan remajanya ikut melestarikan budaya yang sama sekali tidak memiliki ikatan historis, emosioal, dan religius dengan mereka. Keikutsertaan remaja Muslim dalam "hura-hura" ini merupakan refleksi sebuah kekalahan dalam sebuah pertarungan mempertahankan identitas dirinya. Mungkin ada sebagian remaja yang akan bertanya: Kenapa memperingati sebuah tragedi cinta itu tidak boleh dilakukan? Apakah Islam melarang cinta kasih? Bukankah Islam menganjurkan pemeluknya kasih kepada sesama?

Tak ada yang menyangkal bahwa Islam tidak melarang cinta kasih. Islam sendiri adalah agama kasih dan menjunjung cinta kepada sesama. Dalam Islam cinta demikian dihargai dan menempati posisi sangat terhormat, kudus, dan sakral. Islam sama sekali tidak phobi terhadap cinta. Islam mengakui fenomena cinta yang tersembunyi dalam jiwa manusia. Namun demikian, Islam tidak menjadikan cinta sebagai komoditas yang rendah dan murahan. Cinta yang merupakan perasaan jiwa dan gejolak hati yang mendorong seseorang untuk mencintai kekasihanya dengan penuh gairah, lembut, dan kasih sayang dalam Islam dibagi menjadi tiga tingkatan yang kita tangkap dari ayat Al-Quran. "Katakanlah: Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, kerabat-kerabatmu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerusakannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu senangi lebih kau cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta jihad di jalan-Nya, maka tunggulah hingga Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang fasik." (At-Taubah: 24).

Dalam ayat ini menjadi jelas kepada kita semua bahwa cinta yang utama adalah cinta kepada Allah, Rasul-Nya, dan jihad di jalan-Nya. Inilah yang disebut dengan cinta hakiki. Cinta hakiki akan melahirkan pelita. Cinta hakiki yang dilahrikan iman akan senantiasa memberikan kenikmatan-kenikmatan nurani. Cinta hakiki akan melahirkan jiwa rela berkorban dan mampu menundukkan hawa nafsu dan syahwat birahi. Cinta akan menjadi berbinar tatkala orang yang memilikinya mampu menaklukkan segala gejolak dunia. Cinta Ilahi akan menuntun manusia untuk hidup berarti.

Islam memandang cinta kasih itu sebagai rahmat. Maka, seorang mukmin tidak dianggap beriman sebelum dia berhasil mencintai saudaranya laksana dia mencinta dirinya sendiri (HR Muslim). "Perumpamaan kasih sayang dan kelembutan seorang mukmin adalah laksana kesatuan tubuh; jika salah satu anggota tubuh terasa sakit, maka akan merasakan pula tubuh yang lainnya: tidak bisa tidur dan demam." (Bukhari dan Muslim). Seorang Mukmin memiliki ikatan keimanan sehingga mereka menjadi laksana saudara (Al-Hujarat: 13), dan cinta yang meluap sering kali menjadikan seorang Mukmin lebih mendahulukan saudaranya daripada dirinya sendiri, sekalipun mereka berada dalam kesusahan (Al-Hasyr: 9).

Di mata Islam mencintai dan dicintai itu adalah "risalah" suci yang harus ditumbuhsuburkan dalam dada setiap pemeluknya. Makanya Islam menghalalkan perkawinan. Islam tidak menganut "selibasi" yang mengebiri fitrah manusia, seperti yang terjadi dalam ajaran Kristen dan Hindu serta Budha yang menganut sistem sosial yang dikenal dengan kependetaan. Sebab, memang tidak ada rahbaniyah dalam Islam.

Valentine's Day yang merupakan ungkapan kasih yang bukan bagian dari agama kita, juga saat ini dirayakan dengan menonjolkan aksi-aksi permisif, dengan lampu remang, dan lilin-lilin temaram. Meniru perilaku agama lain dan sekaligus melegalkan pergaulan bebas inilah yang tidak dibenarkan dalam pandangan Islam.

Islam dan Perlawanan Budaya

Sebagai agama pamungkas, Islam dengan tegas memosisikan diri sebagai agama yang diridhai oleh Allah, dan siapa saja yang ingin mencari agama selain Islam maka agamanya tidak akan diterima (lihat Ali Imran ayat 19 dan 185). Dan, sebagai agama terakhir Islam telah melakukan beberapa pembenaran dari berbagai penyelewengan yang terjadi dalam agama Kristen dan agama Yahudi. Islam mengharuskan pemeluknya untuk membentengi diri dari semua budaya yang datang dari kalangan Yahudi dan Kristen. Kaum Muslimin harus memiliki budaya dan identitasnya sendiri yang bersumber pada norma dan ajaran agamanya.

Setelah kita mengetahui bahwa Valentine's Day sama sekali tidak memiliki kaitan sejarah dengan Islam, maka menjadi tugas semua remaja Islam untuk menghindari dan tidak ikut serta dalam sebuah budaya yang tidak bersumber dari ajarannya. Valentine's Day bukanlah simbol dan identitas remaja Muslim karena ia merupakan hari raya kalangan remaja Kristen. Dan kita persilahkan saudara-saudara kita dari remaja kalangan Kristen untuk merayakannya sesuai dengan keyakinan mereka.

Ada satu hadits yang sangat terkenal yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda (yang artinya), "Barang siapa yang menyerupai sebuah kaum, maka dia menjadi bagian dari mereka." (HR Abu Daud). Hadits ini mengisyaratkan bahwa meniru-niru budaya-reliji orang lain yang tidak sesuai dengan tradisi Islam memiliki risiko yang demikian tinggi. Orang tersebut akan dianggap sebagai bagian dari orang yang ditiru. Sebagaimana juga firman Allah, "Barang siapa di antara kamu menjadikan mereka sebagai pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonga mereka." (Al-Maidah : 51). Sabda Rasulullah, "Kau akan bersama-sama dengan orang yang kau cintai." (Bukhari dan Muslim).

Banyak contoh yang bisa kita kemukakan dari kontra-kultural yang dilakukan Rasulullah saw. untuk mengokohkan identitas umatnya. Saat datang ke Madinah Rasulullah saw. melihat masyarakat bersuka ria dalam dua hari. Kemudian Rasulullah saw. bertanya, "Hari apa dua hari itu?" Para sahabat menjawab, "Dua hari tadi adalah hari ketika kami bermain-main dan bersuka cita pada masa jahiliyah!" Maka, bersabdalah Rasulullah saw., "Sesungguhnya Allah telah mengganti dua hari itu dengan dua hari yang lebih baik bagi kalian: Idul Adha dan Idul Fithri." (HR Abu Daud).

Rasulullah saw. misalnya melarang umatnya makan dengan tangan kiri karena cara itu adalah cara makan syaitan. Larangan Rasulullah terhadap peringatan 2 hari ketika orang-orang Madinah biasa bermain pada zaman jahiliyah merupakan perlawanan budaya terhadap budaya jahilyah dan digantikan dengan budaya-reliji baru. Sedangkan pelarangannya agar tidak makan dengan tangan kiri juga merupakan perang etika Islam dengan etika syaitan.

Allah tidak menghendaki kaum Muslimin menjadi "buntut" budaya lain yang berbenturan nilai-nilainya dengan Islam. Peringatan Allah pada ayat di atas membersitkan pencerahan pada kita semua bahwa Islam dengan ajarannya yang universal harus dijajakan dengan rajin kepada dunia. Mengenal Islam dengan cara yang benar dan agar Islam menjadi "imam" peradaban dunia kembali. Sebab, kehancuran peradaban Islam telah menimbulkan kerugian demikian besar pada tatanan normal manusia yang terkikis secara moral dan ambruk secara etika. Kemunduran peradaban Islam telah menjebak dunia pada arus kegelapan akhlak dan moralitas. Kehancuran peradaban Islam ini oleh Hasan Ali an-Nadawi dianggap sebagai malapetaka terbesar dalam perjalanan peradaban manusia. Dia berkata, "Kalaulah dunia ini mengetahui akan hakikat malapetaka ini, berapa besar kerugian dunia dan kehilangannya dengan kejadian ini, pastilah dunia hingga saat ini akan menjadikan kemunduran kaum Muslimin sebagai hari berkabung yang penuh sesal, tangis, dan ratapan. Setiap bangsa di dunia ini akan mengirimkan tanda berduka cita.

Apa yang menimpa remaja Muslim saat ini tak lebih dari dampak keruntuhan peradaban Islam yang sejak lama berlangsung. Remaja Muslim masa kini yang "buta" terhadap peradabannya sendiri disebabkan karena adanya serangan budaya yang gencar menusuk jantung pertahanan budaya kaum Muslimin. Kemampuan mereka untuk bertahan dengan ideal-ideal Islam yang rapuh menjadikan mereka terseret arus besar peradaban dunia yang serba permisif, hedonis, dan materialistik. Lumpuhnya pertahanan mereka terhadap gencarnya serangan budaya lain yang terus menggelombung menjadikan mereka harus takluk dan menjadi "budak" budaya lain. Maka, sudah saatnya bagi remaja Muslim untuk memacu diri melakukan gerilya besar dengan mengusung nilai-nilai Islam. Sehingga dia mampu mengendalikan diri untuk tidak terpancing, apalagi larut dengan budaya-reliji lain. Generasi muda Muslim hendaknya mampu membangun benteng-benteng diri yang sulit ditembus oleh gempuran-gempuran perang pemikiran yang setiap kali akan mengoyak-oyak benteng pertahanan imannya.

Perlawanan budaya ini akan bisa dilakukan jika remaja Muslim mampu mendekatkan dirinya dengan poros ajaran Islam dan mampu melakukan internalisasi diktum-diktum itu ke dalam kalbu, dan sekaligus terkejawantahkan ke dalam aksi. Remaja Muslim yang mampu menjadikan keimanannya "hidup" akan mampu bergumul dan bahkan memenangkan pertarungan yang sangat berat di hadapannya. Remaja Muslim yang dengan setia menjadikan Al-Qur'an dan hadits sebagai panduan hidupnya akan mampu menjadi seorang Muslim tahan banting dan imun terhadap virus budaya global yang mengancam identitasnya. Seorang remaja Muslim yang menjadi the living Quran akan mampu melakukan kontra aksi terhadap semua tantangan yang dihadapinya. Dia akan mampu menangkis serangan informasi satu arah yang kini datang dari Barat.

Apa yang mesti dilakukan oleh kalangan muda Islam di zaman serba kompleks ini? Dalam pandangan saya, tidak ada yang lebih baik untuk dilakukan, kecuali kita semua kembali merapatkan jiwa dan kesadaran kita ke akar norma agama kita sendiri, lalu kita gali sedalam-dalamnya, kita renungkan semaksimal mungkin, kita aplikasikan dalam hidup ini. Dan, kita pasarkan ajaran-ajaran Islam itu dengan sepenuh raga dan jiwa. Hanya dengan spirit berjuang yang tinggi dan komitmen yang kuat, remaja Muslim akan lahir kembali dalam sosok yang cemerlang dengan Islam sebagai panji.

Senin, 21 Januari 2013

SAAT KAU BERUMUR ...

Saat kau berumur 1 tahun, dia menyuapi dan memandikanmu.
Sebagai balasannya, kau menangis sepanjang malam.
Saat kau berumur 2 tahun, dia mengajarimu bagaimana cara berjalan.
Sebagai balasannya, kau kabur saat dia memanggilmu.
Saat kau berumur 3 tahun, dia memasakkan semua makananmu dengan kasih sayang.
Sebagai balasanya, kau buang piring berisi makanan ke lantai.
Saat kau berumur 4 tahun, dia memberimu pensil berwrna.
Sebagai balasannya, kau coret-coret dinding dan meja makan.
Saat kau berumur 5 tahun, dia membelikanmu pakaian-pakaian yang mahal dan indah.
Sebagai balasannya, kau memakainya untuk bermain di kubangan lumpur dekat rumah.
Saat kau berumur 6 tahun, dia mengantarmu pergi kesekolah.
Sebagai balasannya, kau berteriak, "nggak mau!!"
Saat kau berumur 7 tahun, dia membelikannmu bola.
Sebagai balasannya, kau lemparkan bola ke jendela tetangga.
Saat kau berumur 8 tahun, dia memberimu es krim.
Sebagai balasannyakau tumpahkan hingga mengotori seluruh bajumu.
Saat kau berumur 9 tahun dia membayar mahal untuk kursus pianomu.
Sebagai balasannya kau sering bolos dan sama sekali tidak pernah berlatih.
Saat kau berumur 10 tahun, dia mengantarmu ke mana saja,dari kolam renang hingga pesta ulang tahun.
Sebagai balasannya, kau melompat keluar mobil tanpa memberi salam.
Saat kau berumur 11 tahun, dia mengantar kau dan teman-temanmu ke bioskop.
Sebagai balasannya, kau minta dia duduk dibarisan lain.
Saat kau berumur 12 tahun, dia melarangmu untuk melihat acara TV khusus orang dewasa.Sebagai balasannya ,kau tunggu dia sampai dia keluar rumah.
Saat kau berumur 13 tahun, dia menyarankanmu untuk memotong rambut, karena sudah waktunya.
Sebagai balasannya, kau katakan dia tidak tahu mode.
Saat kau berumur 14 tahun, dia membayar biaya untuk kempingmu selama sebulan liburan.
Sebagai balassannya, kau tak pernah meneleponnya.
Saat kau berumur 15 tahun, pulang kerja ingin memelukmu.
Sebagai balasannya, kau kunci pintu kamarmu.
Saat kau berumur 16 tahun, dia ajari kau mengemudi motornya.
Sebagai balasannya, kaupakai motornya setiap ada kesempatan tanpa peduli kepentingannya.
Saat kau berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telepon yang penting.
Sebagai balasannya, kaupakai telepon nonstop semalaman.
Saat kau berumur 18 tahun, dia menangis terharu ketika kau lulus SMK.
Sebagai balasannya, kau berpesta dengan teman-temanmu hingga pagi.
JIKA DIA MASIH ADA, JANGAN LUPA MEMBERIKAN KASIH SAYANGMU LEBIH DARI YANG PERNAH KAU BERIKAN PADANYA SELAMA INI.